Kehidupan di dunia merupakan permainan dan senda gurau. Ada kalanya menang ada kalanya kalah. Susah dan senang silih berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, sedihnya merupakan kesengsaraan sementara. Itulah dinamika kehidupan di alam fana. Sungguh berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di akhirat kelak nanti. Barangsiapa senang, maka ia akan selamanya senang (Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan ini). Barangsiapa menderita, maka ia akan menderita selamanya (wa na’udzu billahi min dzalika).
Orang beriman yang benar-benar memahami hakikat
kehidupan di dunia tidak akan pernah membiarkan dirinya tenggelam dalam
kesenangan sehingga membuat lupa diri. Demikian pula saat mengalami
kesedihan, maka ia tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam
keputus-asaan.
Di
antara ciri khas orang beriman ialah saat ia dirundung malang, maka ia
segera kembali kepada Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Allah Subhaanahu wa ta’aala. Ia segera mengingatNya (dzikrullah)
dan memanggil-Nya. Sebab ia tahu bahwa hanya dengan mengingat dan
memanggil Allah sajalah hati akan memperoleh ketenteraman. Tidak ada
tempat lain yang patut dijadikan muara pengaduan selain kepada Rabb,
Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa kehidupan ini.
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
”Orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’du ayat 28)
Setiap orang pasti pernah mengalami kondisi hidup
yang mendatangkan kesedihan. Bahkan kadangkala bila ujian hidup terasa
begitu berat ia menjadi penderitaan yang menimbulkan kesedihan sangat
mendalam. Barangkali ada yang anaknya -buah hatinya- baru saja berpulang
ke Rahmatullah. Atau barangkali seseorang baru saja bercerai dengan
pasangan hidupnya. Atau barangkali baru dapat vonis dokter kalau dirinya
mengidap penyakit berat. Atau barangkali anak pertamanya lahir dengan
ketidak-sempurnaan fisik alias cacat permanen. Apapun keadaannya, yang
jelas semua itu merupakan ujian Allah bagi orang beriman. Bila ia lulus
menghadapinya, maka derajat imannya akan naik di sisi Allah.
Alhamdulillah kita punya Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam
yang memberikan tuntunan bagaimana seharusnya kita selaku orang
beriman berrespon terhadap keadaan sulit dalam hidup di dunia fana ini.
Beliau mengajarkan sebuah do’a bagi siapapun yang menderita kesedihan
mendalam.
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Doa orang yang sedang menderita (kesedihan yang mendalam) ialah:

“Ya Allah, RahmatMu aku harapkan, janganlah
Engkau serahkan segala urusanku kepada diriku sendiri walau sekejap
mata, perbaikilah segala urusanku, tiada ilah yang berhak disembah
selain Engkau.” (HR Abu Dawud)
Dari do’a ini sekurangnya ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik:
Pertama, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengarahkan orang yang menderita kesedihan mendalam agar hanya dan hanya mengharapkan rahmat (kasih-sayang) Allah. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
mengajarkan ummatnya agar senantiasa kembali kepada Allah sebelum
segala sesuatunya. Sebab betapapun keadaan sulit yang dihadapi
seseorang, namun jika dirinya masih dirahmati Allah berarti ia masih
dikategorikan sebagai orang yang beruntung. Alangkah ruginya seseorang
yang berhasil meraih berbagai kesuksesan duniawi namun dirinya jauh dari
rahmat (kasih-sayang) Allah. Alangkah tertipunya orang yang berhasil
mendapat simpati bahkan pujian manusia banyak namun Allah tidak
mencurahkan rahmat-Nya kepada dirinya.

Ketiga, kita disuruh mengulang kembali ikrar Tauhid Laa ilaaha illa Allah.
Sebab dengan kita mengulang kembali komitmen fundamental ini, maka
Allah akan memandang kita sebagai seorang mu’min yang memahami
sepenuhnya ucapan dalam sholat kita yang berbunyi:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
”Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS Al-Fatihah ayat 4)
Saudaraku, marilah kita menghibur diri di kala sedih dengan jalan terbaik, yaitu mengikuti sunnah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Marilah kita biasakan membaca do’a yang Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
ajarkan. Semoga dengan demikian Allah benar-benar akan mendatangkan
ketenteraman bagi kita bersama. Selain itu, mudah-mudahan Allah akan
memberi solusi terbaik saat kita menghadapi berbagai ujian kehidupan
dunia yang fana ini.

Elok
kiranya bila dalam rangka mengharapkan agar do’a kita lebih mungkin
dikabulkan Allah, maka kita perbanyak membaca do’a pelipur lara ini
ketika kita sedang dalam keadaan bersujud, khususnya ketika sujud
terakhir dalam sholat-sholat sunnah kita. Sebab Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Sedekat-dekatnya hamba kepada Rabbnya ialah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah do’a.” (HR Muslim)
Sumber : ERA MUSLIM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar